Sabtu, 23 Maret 2013

OPTIMALISASI KEGIATAN EKSTRAKURIKULER SEBAGAI UPAYA MENCEGAH TAWURAN SISWA



OPTIMALISASI KEGIATAN EKSTRAKURIKULER SEBAGAI SALAH SATU UPAYA
MENCEGAH TERJADINYA TAWURAN SISWA

Ditengah gencarnya program pendidikan berkarakter yang dicanangkan pemerintah melalui berbagai program sosialisasi maupun aplikasinya, rupanya belum mampu mencegah kebiasaan yang telah menjadi budaya pada sebagian peserta didik kita. Budaya tawuran sepertinya telah mengakar dan menjadi warisan turun temurun dari generasi ke generasi, tidak peduli sekolah negeri maupun swasta bahkan kini telah merembet ke dunia kampus yang konon sangat menjunjung tinggi tri darma perguruan tinggi.
Seluruh komponen masyarakat mulai mempertanyakan apakah ada yang salah dalam pola pendidikan di Indonesia, sehingga fenomena ini terus berlanjut tanpa menunjukkan angka penurunan dalam setiap tahunnya. Pantaskah sekolah disebut sebagai pihak yang paling bertanggung jawab sepenuhnya dalam proses terjadinya tawuran.
Tawuran sebagai bentuk penyimpangan perilaku harus dianalisa secara menyeluruh. Berdasarkan hasil penelitian ditemukan bahwa salah satu penyebab kenakalan remaja dikarenakan tidak berfungsinya orang tua sebagai figure teladan yang baik bagi anak (Hawari, 1997). Sehingga peran besar keluarga dituntut untuk memberikan contoh yang baik agar anak-anak tidak mencari perilaku menyimpang seperti tawuran pelajar.
Di sisi lain, peran sekolah sebagai pemegang tugas utama dalam memberikan pendidikan, hal itu terlebih dahulu harus dinilai dari kualitas pengajarannya. Karena itu, lingkungan sekolah yang tidak merangsang siswanya untuk belajar (misalnya suasana kelas yang monoton, peraturan yang tidak relevan dengan pengajaran, tidak adanya fasilitas praktikum, dsb.) akan menyebabkan siswa lebih senang melakukan kegiatan di luar sekolah bersama teman-temannya. Oleh karena itu, menurut  Durkheim (1925:68), sekolah mempunyai fungsi yang sangat penting dan sangat khusus untuk menciptakan makhluk baru, yang dibentuk sesuai dengan kebutuhan masyarakat.
Salah satu upaya yang ditawarkan dalam meminimalisir terjadinya tawuran antar pelajar salah satunya dengan optimalisasi kegiatan ekstrakurikuler.
Ekstrakurikuler menurut kamus besar bahasa Indonesia (2002:291) yaitu:”suatu kegiatan yang berada di luar program yang tertulis di dalam kurikulum seperti latihan kepemimpinan dan pembinaan siswa”. Kegiatan ekstrakurikuler sendiri dilaksanakan diluar jam pelajaran wajib. Kegiatan ini memberi keleluasaan waktu dan memberikan kebebasan pada siswa, terutama dalam menentukan jenis kegiatan yang sesuai dengan bakat serta minat mereka. Menurut Rusli Lutan (1986:72) ekstrakurikuler adalah:
Program ekstrakurikuler merupakan bagian internal dari proses belajar yang menekankan pada pemenuhan kebutuhan anak didik. Antara kegiatan intrakurikuler dan ekstrakurikuler sesungguhnya tidak dapat dipisahkan, bahkan kegiatan ekstrakurikuler perpanjangan pelengkap atau penguat kegiatan intrakurikuler untuk menyalurkan bakat atau pendorong perkembangan potensi anak didik mencapai tarap maksimum.
Optimalisasi serta penambahan waktu kegiatan ekstrakurikuler di lingkungan sekolah dapat meminimalisir siswa untuk melakukan kegiatan-kegiatan diluar sekolah yang berpotensi menimbulkan konflik antar pelajar yang berujung pada tawuran.
Optimalisasi kegiatan ekstrakurikuler ini sudah barang tentu memerlukan kerjasama yang baik antara orang tua dengan pihak sekolah, karena bagaimanapun kegiatan diluar jam sekolah memerlukan biaya baik untuk si pembimbing maupun peserta kegiatan itu sendiri. Disisi lain, pembimbing sendiri harus mampu mengemas kegiatan ekstrakurikuler tersebut semenarik mungkin. Hal ini sudah barang tentu memerlukan strategi perencanaan dan pelaksanaan yang baik disamping target pencapaian yang jelas.
Ekstrakurikuler yang saat ini dilaksanakan di sekolah-sekolah lebih menekankan pada minat dan keinginan siswa. Alhasil peserta kegiatan ekstrakurikuler hanya diikuti oleh siswa memang mepunyai bakat dan ketertarikan terhadap bidang tersebut yang notabene umumnya mereka yang aktif saja.
Pembimbing ekstrakurikuler dengan bantuan guru-guru lain, hendaknya bersikap aktif dalam mengajak dan “memaksa” siswa untuk mengikuti kegiatan ekstrakurikuler terutama kepada siswa yang cenderung berpotensi melakukan “penyimpangan”.
Lebih banyaknya waktu siswa dihabiskan disekolah, diharapkan akan mempersempit ruang gerak dan kegiatan-kegiatan siswa diluar sekolah. Ketika siswa bergerombol keluar dari gerbang sekolah dan bertemu dengan rombongan siswa dari sekolah lain, itulah cikal bakal terjadinya tawuran. Dengan optimalisasi kegiatan ekstrakurikuler, diharapkan potensi-potensi terjadinya tawuran dapat diminimalisir. Hal ini sudah barang tentu harus disertai dengan ketersediaan sarana dan prasarana yang memadai serta ditunjang oleh tenaga-tenaga pembimbing yang kompeten serta mempunyai dedikasi dan kepedulian tinggi terhadap kemajuan dunia pendidikan.

2 komentar:

  1. setuju Pak!
    dan semoga teman2 pelajar betapa indah dan sangat menyenangkan dunia ekskul itu!
    terbayang betapa hampa masa skul dulu, kalo ndak ngikut ekskul,..stress pelajran, ndak ada pelampiasan&penyegaran,..bawaannya kluyuran ndak jelas!
    Alhamdulillah, dulu aktif ekskul, dan nambah Ilmu+Wawasan lagi,...enaaaakkk tenaaannn

    BalasHapus