OPTIMALISASI KEGIATAN EKSTRAKURIKULER
SEBAGAI SALAH SATU UPAYA
MENCEGAH TERJADINYA TAWURAN SISWA
Ditengah gencarnya program pendidikan
berkarakter yang dicanangkan pemerintah melalui berbagai program sosialisasi
maupun aplikasinya, rupanya belum mampu mencegah kebiasaan yang telah menjadi
budaya pada sebagian peserta didik kita. Budaya tawuran sepertinya telah
mengakar dan menjadi warisan turun temurun dari generasi ke generasi, tidak
peduli sekolah negeri maupun swasta bahkan kini telah merembet ke dunia kampus
yang konon sangat menjunjung tinggi tri darma perguruan tinggi.
Seluruh komponen masyarakat mulai
mempertanyakan apakah ada yang salah dalam pola pendidikan di Indonesia,
sehingga fenomena ini terus berlanjut tanpa menunjukkan angka penurunan dalam
setiap tahunnya. Pantaskah sekolah disebut sebagai pihak yang paling
bertanggung jawab sepenuhnya dalam proses terjadinya tawuran.
Tawuran sebagai bentuk penyimpangan perilaku
harus dianalisa secara menyeluruh. Berdasarkan hasil penelitian ditemukan bahwa
salah satu penyebab kenakalan remaja dikarenakan tidak berfungsinya orang tua
sebagai figure teladan yang baik bagi anak (Hawari, 1997). Sehingga peran besar
keluarga dituntut untuk memberikan contoh yang baik agar anak-anak tidak
mencari perilaku menyimpang seperti tawuran pelajar.
Di
sisi lain, peran sekolah sebagai pemegang tugas utama dalam memberikan
pendidikan, hal itu terlebih dahulu harus dinilai dari kualitas pengajarannya.
Karena itu, lingkungan sekolah yang tidak merangsang siswanya untuk belajar
(misalnya suasana kelas yang monoton, peraturan yang tidak relevan dengan
pengajaran, tidak adanya fasilitas praktikum, dsb.) akan menyebabkan siswa
lebih senang melakukan kegiatan di luar sekolah bersama teman-temannya. Oleh karena itu, menurut
Durkheim
(1925:68), sekolah mempunyai fungsi yang sangat penting dan sangat khusus untuk
menciptakan makhluk baru, yang dibentuk sesuai dengan kebutuhan masyarakat.
Salah satu upaya yang ditawarkan dalam
meminimalisir terjadinya tawuran antar pelajar salah satunya dengan
optimalisasi kegiatan ekstrakurikuler.
Ekstrakurikuler menurut kamus besar
bahasa Indonesia (2002:291) yaitu:”suatu kegiatan yang berada di luar program
yang tertulis di dalam kurikulum seperti latihan kepemimpinan dan pembinaan
siswa”. Kegiatan ekstrakurikuler sendiri dilaksanakan diluar jam pelajaran
wajib. Kegiatan ini memberi keleluasaan waktu dan memberikan kebebasan pada
siswa, terutama dalam menentukan jenis kegiatan yang sesuai dengan bakat serta
minat mereka. Menurut Rusli Lutan (1986:72) ekstrakurikuler adalah:
Program ekstrakurikuler merupakan bagian
internal dari proses belajar yang menekankan pada pemenuhan kebutuhan anak
didik. Antara kegiatan intrakurikuler dan ekstrakurikuler sesungguhnya tidak
dapat dipisahkan, bahkan kegiatan ekstrakurikuler perpanjangan pelengkap atau
penguat kegiatan intrakurikuler untuk menyalurkan bakat atau pendorong
perkembangan potensi anak didik mencapai tarap maksimum.
Optimalisasi serta penambahan waktu kegiatan
ekstrakurikuler di lingkungan sekolah dapat meminimalisir siswa untuk melakukan
kegiatan-kegiatan diluar sekolah yang berpotensi menimbulkan konflik antar
pelajar yang berujung pada tawuran.
Optimalisasi kegiatan ekstrakurikuler ini
sudah barang tentu memerlukan kerjasama yang baik antara orang tua dengan pihak
sekolah, karena bagaimanapun kegiatan diluar jam sekolah memerlukan biaya baik
untuk si pembimbing maupun peserta kegiatan itu sendiri. Disisi lain,
pembimbing sendiri harus mampu mengemas kegiatan ekstrakurikuler tersebut
semenarik mungkin. Hal ini sudah barang tentu memerlukan strategi perencanaan
dan pelaksanaan yang baik disamping target pencapaian yang jelas.
Ekstrakurikuler yang saat ini dilaksanakan di
sekolah-sekolah lebih menekankan pada minat dan keinginan siswa. Alhasil
peserta kegiatan ekstrakurikuler hanya diikuti oleh siswa memang mepunyai bakat
dan ketertarikan terhadap bidang tersebut yang notabene umumnya mereka yang
aktif saja.
Pembimbing ekstrakurikuler dengan bantuan
guru-guru lain, hendaknya bersikap aktif dalam mengajak dan “memaksa” siswa
untuk mengikuti kegiatan ekstrakurikuler terutama kepada siswa yang cenderung
berpotensi melakukan “penyimpangan”.
Lebih banyaknya waktu siswa dihabiskan
disekolah, diharapkan akan mempersempit ruang gerak dan kegiatan-kegiatan siswa
diluar sekolah. Ketika siswa bergerombol keluar dari gerbang sekolah dan
bertemu dengan rombongan siswa dari sekolah lain, itulah cikal bakal terjadinya
tawuran. Dengan optimalisasi kegiatan ekstrakurikuler, diharapkan
potensi-potensi terjadinya tawuran dapat diminimalisir. Hal ini sudah barang
tentu harus disertai dengan ketersediaan sarana dan prasarana yang memadai
serta ditunjang oleh tenaga-tenaga pembimbing yang kompeten serta mempunyai
dedikasi dan kepedulian tinggi terhadap kemajuan dunia pendidikan.
setuju Pak!
BalasHapusdan semoga teman2 pelajar betapa indah dan sangat menyenangkan dunia ekskul itu!
terbayang betapa hampa masa skul dulu, kalo ndak ngikut ekskul,..stress pelajran, ndak ada pelampiasan&penyegaran,..bawaannya kluyuran ndak jelas!
Alhamdulillah, dulu aktif ekskul, dan nambah Ilmu+Wawasan lagi,...enaaaakkk tenaaannn
terima kasih bang..he he
BalasHapus